Jumat, 24 Februari 2012

STATUS DAN PERANAN INDIVIDU DALAM INTERAKSI SOSIAL

Status dan peranan merupakan unsur-unsur dalam struktur sosial yang mempunyai arti penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antar individu dalam masyarakat.


Secara empiris, perbedaan status mempengaruhi cara bersikap seseorang dalam berinteraksi sosial. Orang yang menduduki status tinggi mempunyai sikap berbeda dengan orang yang statusnya rendah. Contohnya, cara bersikap dan cara berbicara seorang pemilik perusahaan tentu berbeda dengan seorang karyawan rendah. Status seseoarang menentukan perannya dan peran seseorang menentukan apa yang diperbuat (perilaku).


STATUS SOSIAL (KEDUDUKAN)
Status sosial atau kedudukan merupakan posisi seseorang secara umum dimasyarakat dalam hubungannya dengan orang lain. Posisi seseorang menyangkut lingkungan pergaulan, prestige, hak-hak, dan kewajibannya. Secara abstrak, status/kedudukan berarti tempat seseorang dalam satu pola tertentu. Bahkan seseorang bisa mempunyai beberapa status/kedudukan karena memiliki beberapa pola kehidupan. Contohnya, Pak Joko mempunyai kedudukan sebagai kepala sekolah, pak RT, anggota majelis pengajian, dan ayah dari anak-anaknya.


Menurut Ralph Linton, ada tiga macam cara memperoleh status, yaitu :
1. Ascribed status, merupakan ststus seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut bisa diperoleh sejak lahir. Contoh, anak yang lahir dari keluarga bangsawan dengan sendirinya langsung memperoleh status bangsawan.
2. Achieved status, merupakan status yang diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status ini diperoleh atas dasar kemampuan individu dalam mencapai tujuan-tujuannya. Status ini bersifat terbuka bagi siapa saja. Contoh, setiap orang bisa menjadi pengusaha sukses asalkan mempunyai kemampuan untuk mencapainya.
3. Assigned status, merupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain. Assigned status mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status, suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa. Status ini diberikan karena orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contohnya, gelar pahlawan, siswa teladan, penghargaan kalpataru dan pemberian jasa lainnya.


Beragam status yang dimiliki seseorang bisa mempunyai pertentangan atau konflik (status conflict). Konflik status adalah konflik batin yang dialami seseorang sebagai akibat aadnya beberapa status yang dimilikinya yang saling bertentangan. Contohnya, Pak Amir adalah seorang anggota polantas. Pada saat  razia di jalan, ternyata Andi, anaknya, ikut terjaring razia. Pak Amir bingung harus memilih status mana yang harus ia lakukan, apakah seorang polantas ataukah seorang ayah.


PERANAN SOSIAL
Peranan sosial merupakan aspek yang timbul dari status/kedudukan. Peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan kewajiban sesuai dengan status yang dimilikinya. Status dan peranan tidak dapat dipisahkan karena peranan selalu melekat sesuai dengan status yang diembannya.


Dalam kehidupan sehari-hari, peranan menjadi penting karena berfungsi untuk mengatur perilaku seseorang. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang disekitarnya.


Jika seseorang dalam waktu bersamaan mempunyai status yang harus dipilih sehingga mengakibatkan konflik status, maka dalam peranan pun demikian. Konfilk peranan adalah suatu peranan yang harus dilakukan seseorang dalam waktu bersamaan, dalam hal ini peranan-peranan yang terdapat dalam satu status. Contoh, Pak Lurah sedang menghadiri rapat penting dengan perangkat desa, pada waktu bersamaan di ujung desa ada konflik antar warga. Saat itu terjadi konflik peranan yang dialami pak lurah, apakah ia melanjutkan rapat penting tersebut ataukah melerai warga yang bertikai.

Rabu, 22 Februari 2012

KETERATURAN SOSIAL

PENGERTIAN
Keteraturan sosial adalah suatu kondisi yang menunjukkan hubungan sosial berjalan secara tertib dan teratur menurut nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Keteraturan sosial akan terwujud apabila interaksi dalam masyarakat berjalan sesuai nilai dan norma yang berlaku.

TAHAP-TAHAP KETERATURAN SOSIAL
Keteraturan sosial berjalan menurut tahap-tahap sebagai berikut :
  1. Order, yaitu tatanan nilai dan norma yang diakui serta ditaati oleh masyarakat.
  2. Keajegan, yaitu suatu kondisi keteraturan yang berlangsung tetap dan terus-menerus.
  3. Pola, yaitu gambaran atau bentuk umum dari suatu interaksi dalam masyarakat yang menjadi contoh bagi masyarakat.
  4. Tertib sosial, yaitu keselarasan tindakan masyarakat dengan nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

SYARAT TERCIPTANYA KETERATURAN SOSIAL
Terdapat tiga persyaratan yang mendasari terciptanya keteraturan sosial dalam masyarakat, yaitu :
  1. Adanya kesadaran warga masyarakat tentang pentingnya menciptakan keteraturan.
  2. Adanya norma sosial yang sesuai dengan kebutuhan serta peradaban manusia.
  3. Adanya aparat penegak hukum yang konsisten dalam menjalankan tugas, fungsi, dan wewenangnya.


MASALAH SOSIAL

PENGERTIAN
Kita tentunya pasti sudah pernah mengalami masalah. Setiap waktu masalah senantiasa hadir dalam kehidupan kita. Dengan adanya masalah yang kita hadapi, kita belajar dan mendapatkan hikmah dibalik itu.

Pada tulisan kali ini yang akan kita bahas adalah masalah sosial yang tentunya berbeda dengan masalah pribadi yang sering kita alami. Apakah sebenarnya pengertian dari masalah? Masalah adalah suatu keadaan yang menunjukkan perbedaan antara apa yang kita harapkan dengan apa yang terjadi pada kenyataan.

Masalah sosial menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan masyarakat dan masyarakat merasakan dampak dari masalah tersebut. Pada dasarnya masalah sosial berkaitan dengan nilai dan norma sosial dilingkungan masyarakat.

Masalah sosial dibedakan kedalam dua bentuk sebagai berikut :
  1. Manifest social problem, yaitu masalah sosial yang muncul akibat adanya ketimpangan antara nilai dan norma sosial yang ada dilingkungan masyarakat. Akan tetapi, masyarakat masih mampu mengatasi permasalahan tersebut.
  2. Latent social problem, menunjukkan adanya masalah sosial yang muncul akibat ketimpangan nilai dan norma sosial, tetapi masyarakat sudah tidak mampu mencegah atau mengatasi permasalahan tersebut.

PENYEBAB TERJADINYA MASALAH SOSIAL
Adapun penyebab terjadinya masalah sosial dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Adanya kekurangan dalam diri manusia atau kelompok yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis, dan kebudayaan.
  2. Adanya bentuk penyimpangan sosial di lingkungan masyarakat.
  3. Adanya pengangguran atau pembatasan sumber alam.
  4. Bertambah atau berkurangnya penduduk.
  5. Ketimpangan yang muncul dalam proses penentuan kebijakan.

JENIS-JENIS MASALAH SOSIAL
Jenis-jenis masalah sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor pendorongnya, yaitu sebagai berikut:
  1. Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi.
    Masalah ini didorong adanya ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup sendiri secara layak, misalnya : kemiskinan, pengagguran, anak jalanan dan lain-lain.
  2. Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor budaya.
    Masalah ini dipicu adanya ketidaksesuaian pelaksanaan nilai, norma, dan kepentingan sosial akibat adanya proses perubahan sosial dan pola masyarakat heterogen/multikultural. Contoh masalah ini seperti, kenakalan remaja, konflik antaretnik, diskriminasi gender, dan bahkan pengakuan hak milik kebudayaan lintas negara.
  3. Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor biologis.
    Masalah ini dapat timbul akibat adanya ketidaksesuaian keadaan lingkungan yang berpotensi menimbulkan ketidakstabilan kondisi biologis masyarakat, seperti adanya wabah penyakit menular, virus penyakit baru, dan makanan beracun.
  4. Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor sosial.
    Masalah ini dipengaruhi oleh faktor sosial yang terjadi akibat nilai dan norma tidak diakomodasi dalam setiap perilaku individu, misalnya kejahatan/kriminalitas, pelecehan seksual, korupsi, dan terorisme.

PEMECAHAN MASALAH SOSIAL
Masalah sosial dapat diatasi melalui cara berikut :
  1. Meningkatkan pemerataan pembangunan dan pendidikan.
  2. menyediakan modal usaha.
  3. meningkatkan kesadaran sosial.
  4. mensosialisasikan nilai dan norma sosial.
  5. mempertegas sanksi sosial bagi para pelanggar.



Selasa, 21 Februari 2012

KONFORMITAS

Kita tentunya sering melihat seorang anak laki-laki yang bermain mobil-mobilan, perang-perangan, atau alat bangunan, sedangkan anak perempuan bermain dengan boneka, alat memasak, atau alat kecantikan. Bagaimana kesannya? Sebaliknya, bagaimana pendapat anda jika anak laki-laki bermain boneka dan anak perempuan bermain mobil-mobilan?

Pada kasus pertama, yang dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan itu umumnya dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Perilaku anak laki-laki dan anak perempuan dikatakan sesuai (konform) terhadap norma dan nilai sosial yang berlaku di masyarakat. Sementara itu pada kasus kedua anak itu dikatakan menyimpang karena tidak berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat (non-konform).

Proses sosialisasi menghasilkan konformitas. Menurut John M. Shepard, konformitas merupakan bentuk interaksi yang didalamnya seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat dimana ia tinggal.

Konformitas berarti proses penyesuaian diri dengan masyarakat dengan cara menaati norma dan nilai-nilai masyarakat. Sementara itu, perilaku yang menyimpang atau tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai dalam masyarakat disebut sebagai perilaku non-konformis atau yang dikenal dengan sebutan perilaku menyimpang (deviance).

Konformitas pada masyarakat tradisional berbeda dengan masyarakat modern. Konformitas masyarakat tradisional terhadap norma dan nilai sosial yang berlaku sangat kuat. Isi norma dan nilai tersebut sama dari satu generasi ke generasi selanjutnya ttanpa banyak mengalami perubahan. Norma dan nilai sosial pada masyarakat tradisional cenderung homogen sebab pengaruh dari luar masih kurang. Penyimpangan dalam masyarakat tradisional tidak disukai sebab dianggap mengganggu tradisi.

Sementara itu, pada masyarakat modern seperti di kota-kota, anggota-anggotanya selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan, sebab kota merupakan jalan masuk pengaruh-pengaruh luar. Oleh karena itu, konformitas didaerah perkotaan sangat kecil dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bahkan konformitas di masyarakat perkotaan kadang dianggap sebagai penghambat kemajuan.

KONSEP DASAR STRATIFIKASI SOSIAL

Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat. Pengahargaan yang tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Gejala tersebutlah yang menimbulkan lapisan masyarakat, yang membedakan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
Bahkan pada zaman kuno dahulu, filosof Aristoteles (Yunani) mengatakan didalam negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat, dan yang berada ditengah-tengahnya. Hal ini membuktikan bahwa di zaman itu, dan sebelumnya, orang telah mengakui adanya lapisan di masyarakat yang bertingkat-tingkat dari bawah ke atas.

TERJADINYA STRATIFIKASI SOSIAL
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan seorang kepala masyarakat dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.
Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan, alasan utama adalah kepandaian berburu sedangkan pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam maka kerabat pembuka tanah (yang dianggap asli) dianggap sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi, sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial tidak demikian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian dari sistem sosial di masyarakat.

Senin, 20 Februari 2012

MODERNISASI

KONSEP MODERNISASI
Modernisasi berasal dari bahasa Latin Modernus yang dibentuk dari kata modo dan ernus. Modo berarti cara dan Ernus menunjuk pada adanya periode waktu masa kini. Modenisasi berarti proses menuju masa kini atau dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang modern.
Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan sosial dimana masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat modern.
Pada masyarakat awam, istilah modernisasi sering diartikan/disamaartikan dengan westernisasi, terutama pada sikap para pelakunya yang cenderung selalu meniru secara mutlak pengaruh barat yang masuk. Modernisasi bisa saja berarti meniru atau mengambil teknologi Barat tanpa harus bergaya hidup seperti orang Barat.
Modernisasi juga tidak sama dengan sekulerisasi. Sekulerisasi adalah suatu proses pemisahan antara nilai-nilai keagamaan dengan nilai-nilai kepentingan duniawi dengan penekanan pada kepentingan duniawi.

CIRI MANUSIA MODERN
Menurut Alex Inkeles, terdapat 9 ciri manusia modern, yaitu:
1. Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal yang baru dan terbuka untuk perubahan.
2. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya sendiri serta kejadian yang terjadi jauh diluar lingkungannya serta dapat bersikap demokratis.
3. Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan daripada masa lalu.
4. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.
5. Percaya diri.
6. Perhitungan/tidak gegabah.
7. Menghargai harkat hidup manusia lain.
8. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
9. Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan yang diterima seseorang haruslah sesuai dengan prestasinya di masyarakat.
 
SIKAP MENTAL MANUSIA MODERN
Suatu modernisasi supaya berjalan dengan lancar, perlu dukungan dari kebudayaan masyarakat. Kebudayaan suatu masyarakat dapat menjadi pendorong sekaligus penghambat proses modernisasi. Oleh karena itu, sikap mental dan nilai budaya suatu masyarakat sangat menentukan diterima atau ditolaknya suatu perubahan atau modernisasi. Sikap mental yang dapat menjadi pendorong proses modernisasi antaralain adalah RAJIN, TEPAT WAKTU, dan BERANI mengambil resiko.

ANGKET / KUESIONER

Pada proses pengumpulan data, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah angket atau kuesioner.

Pengertian
Angket atau kuesioner adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan seorang peneliti untuk mengumpulkan data dengan menyebarkan sejumlah kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh para responden. Pertanyaan yang ditulis dalam format kuesioner disebarkan kepada responden untuk dijawab,kemudian dikembalikan kepada peneliti. Dari jawaban responden tersebut, peneliti dapat memperoleh data seperti pendapat dan sikap responden terhadap masalah yang sedang diteliti.

Kelebihan kuesioner
  1. Tidak memerlukan kehadiran peneliti
  2. Dapat menjangkau responden dalam jumlah banyak
  3. Seragam untuk semua responden
  4. Dapat dibuat anonim (tidak disebutkan identitasnya) sehingga responden bebas menjawab
  5. dapat dijawab menurut kesempatan yang dimiliki responden

Langkah-langkah penyusunan kuesionder
  1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner
  2. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner
  3. Menyebarkan setiap variabel menjadi subvariabel yang lebih spesifik dan tunggal
  4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan teknik analisisnya.

Dalam teknik pengumpulan data biasanya tidak hanya menggunakan 1 (satu) cara, melainkan digunakan teknik lain seperti interview, observasi, dan dokumentasi. Teknik tersebut akan dibahas selanjutnya.